Profesi penulis semakin banyak diminati. Banyaknya peluang menulis (berikut honornya), lomba menulis, hingga kemungkinan untuk menjadi tenar bisa menjadi motivasi.
Bahkan beberapa profesi mengharuskan pelakunya untuk menulis, sebagai salah satu syarat promosi. Kebayang nggak sih, 'dipaksa' menghasilkan karya tulis, padahal selama ini membaca saja bisa bikin tidur. Sementara, jika tidak mengalami promosi, bisa kena 'kick', alias dipindahkan ke lokasi kerja yang tidak nyaman karena dianggap tidak berusaha meningkatkan potensi diri.
Nah, untuk kamu yang ingin memulai menulis, berikut ini ada beberapa tips sederhana. Tenang. Tips-tips ini sudah diuji coba dan sejauh ini telah menghasilkan banyak hal. Yuks, simak.
1. Niat
Apapun perbuatan akan berlangsung sesuai niatnya. Jadi, sebagai langkah pertama menulis, luruskan dulu niatnya. Tidak masalah jika niat kamu adalah menghasilkan karya tulis untuk promosi jabatan. Bisa jadi memang diniatkan cari uang, cari teman seperjuangan, berbagi ilmu, dan sebagainya.
Di sini, niat berfungsi sebagai 'guide' bagi perjalanan berkaryamu. Saat sudah menentukan niat, pemikiran, tenaga, dan segala perbuatan akan terarah pada niat tersebut. Kalau sudah begini, langkahmu akan terasa ringan. Cobaan akan ikhlas dijalani. (Ehm)
Nah, dengan sudah memiliki niat, mari lanjutkan pada langkah berikutnya.
2. Mulai dari apa yang dikuasai
Jika kamu adalah orang yang suka membaca, dapat menyerap informasi dengan cepat (bisa jadi diterjemahkan sebagai: dapat menguasai suatu keterampilan sesuai deadline), dan tulisan yang akan dihasilkan adalah bidang di luar kekuasaan kamu, maka tidak ada masalah. Kamu bisa menjadikan berbagai buku dan media sebagai rujukan, kemudian diramu menjadi tulisan.
Namun jika kamu tidak suka membaca, jikapun membaca akan sulit menerima informasi dan menguasainya, maka akan jauh lebih baik jika menulis sesuatu yang sesuai dengan bidang yang dikuasai.
Misalnya hobimu memasak, maka akan sangat sesuai jika kamu menulis tentang variasi dan modifikasi resep masakan, khasiat suatu bumbu, peralatan masak, teknik memasak 'ciamik', atau jika mau lebih ilmiah, bisalah menulis tentang sebuah masakan berikut sejarah, khasiat, dan telaah bahan kimianya.
Jika hobi kamu naik motor, bisa saja kamu menulis review tentang motor yang kamu pakai, cara perawatannya, hingga modifikasi yang bisa dilakukan agar performa motor makin jaya.
Nah, sekarang mari coba gali. Kamu menguasai bidang apa? Apa yang bisa kamu bagikan dari pengetahuan kamu itu? Yakinlah, walaupun sedikit, pengetahuan yang dibagikan bisa bermanfaat bagi orang lain. Dengan catatan, kamu menulis hal yang baik ya. He he he.
3. Rutin
Masalah kebanyakan penulis pemula adalah 'bagaimana memulai'. Setelah langkah satu dan dua, saya telah mengaplikasikan langkah ketiga dan beneran, ini bekerja. Saya membuat jadwal rutin menulis. Kamu tidak harus langsung menjadwalkan satu jam penuh untuk menulis. Di waktu awal, setengah jam saja rasanya lamaaaaa binggiiiittt. Untuk permulaan, cukuplah 10 menit alokasikan waktu, tempat, dan alat bantu yang sama. Kalau saya, di awal dulu mengalokasikan waktu dari jam 9 malam sampai jam 9.15. Fyi, ini waktu ketika junior saya sudah tidur, pekerjaan rumah sudah beres, dan saya belum ngantuk banget.
Yang dilakukan? Alhamdulillah, saat itu dapat fasilitas komputer dari suami. Jadi, pada jam tersebut, tanpa kopi (karena saya tidak ingin begadang setelahnya), saya duduk di depan komputer. Beneran. Cuma duduk dan memandangi komputer. Lalu, setelah rutin melakukan, mulailah ada kata-kata yang tertulis, sesuai bidang yang saya senangi saat itu: 'mengenang masa lalu'. Dari situ lahirlah sebuah cerpen tentang perkemahan Pramuka yang pernah saya ikuti sekitar sepuluh tahun sebelumnya (kebayang kan usia saya he he he). Lalu, saya beranikan diri mengirim cerpen itu ke sebuah tabloid Pramuka. Dan ... alhamdulillah. Berbuah sms bahwa naskah diterima. Dua minggu kemudian saya menerima honor pertama. Tidak spektakuler, tapi kalau dibelikan beras, dapatlah 20 kg. Cukup untuk menyambung hidup sebulan.
4. Yuk, well literated
Nah, untuk yang satu ini, kamu yang belum hobi membaca, harus cari cara kreatif. Kalau saya sih, dari jaman SD sudah hobi baca. Jadi, referensi berupa buku dan media cetak lainnya, bagi saya tidak masalah.
Mengapa sih, harus membaca? Analogikan hal ini dengan kalau kita banyak minum, maka otomatis kita juga akan banyak buang air kecil kan? Dalam menulis juga begitu. Semakin kita banyak membaca, kita akan semakin tahu kemampuan kita ada di mana. Jenis bacaan kita juga akan memengaruhi pola tulisan. Jadi, saya yang suka nulis fiksi, kebanyakan bacaan saya juga fiksi. Novel, kumcer, cerpen di koran, sampai berbagai media buku online, menjadi bacaan saya. Meski saya juga suka membaca buku sejarah dan buku motivasi. Hasilnya, novel yang saya tulis adalah mix dari bacaan-bacaan itu. Kisah nyata yang saya dapati di sekitar, dikolaborasikan dengan penulisan sejarah dan isi buku-buku motivasi. Saya merasakan sendiri saat saya banyak membaca novel kriminal, maka tulisan saya juga bau kriminalitas. Ketika saya banyak membaca novel religi, pasti ada pengaruhnya.
Lalu bagaimana dengan kamu yang kalau melihat buku tebal langsung merasa mual, kepala terasa berat, dan waktu seakan di-pause lama? Saran saya, mulailah membaca buku-buku yang tipis, namun menarik. Jika perlu temukan buku yang banyak gambarnya. Ini akan menarik minat kamu. Lakukan terus, dan perlahan beralihlah ke buku yang full text.
Jika yang begini masih terasa berat? Hey, pernah kenal audiobook kan? Sepertinya, buku jenis ini awalnya ditujukan bagi mereka yang tuna netra. Namun saya pikir tidak masalah digunakan oleh mereka yang memang tipe pembelajar auditoris (bisa belajar dengan mendengar). Jenis orang seperti ini, dipaksa membaca buku bisa-bisa langsung muntah. Menggunakan audiobook akan sangat membantu. Kalau buku yang ditaksir belum ada audiobook-nya? Siapkan saja uang. Saya yakin banyak pekerja freelance yang bersedia direkam suaranya. Sewa mereka untuk membacakan buku yang kamu butuhkan. Beres.
5. Sharing dengan orang-orang dekat.
Sebuah tulisan belum akan terasa efeknya jika masih dinikmati sendiri. Jadi, bersikaplah terbuka dengan sharing tulisan. Jika khalayak luas terasa sangat jauh, mulailah dari orang-orang dekat yang kamu yakin akan mensuport kamu. Minimal, kamu percaya dia tidak akan memberikan komentar negatif.
Kalau yang begini masih sulit juga, carilah sebuah grup kepenulisan. Grup semacam ini bisa kamu dapatkan di facebook dan berbagai media lainnya. Kebanyakan di dalamnya ada personil yang sudah memiliki jam terbang. Asyiknya lagi, dalam grup seperti itu mereka tidak pelit berbagi ilmu. Bisa jadi di sana kamu akan temukan orang yang bisa memotivasi kamu.
Kalau ada event, ikuti saja. Syukur jika bukan event kompetisi. Jikapun kompetisi, anggap sebagai uji nyali. Menang kalah tetap rejeki.
Nah, itu 5 tips versi saya. Semoga bermanfaat.
Kamu sudah coba tips yang mana? Bagaimana efeknya? Yuks, sharing dengan saya melalui agustinadewisusanti@gmail.com
0 Komentar