Lama tidak go blog. Bukan karena tidak niat, tapi memang kesempatan yang benar-benar tidak bisa diakali. Tetapi, insya Allah sudah nemu pola dan aemoga mulai minggu ini bisa punya jadwal rutin lagi.
Hari ini, menandai 6 minggu putri saya masuk pondok (Bismillah, semoga berkah dan lulus menjadi ulama tangguh. Aamiin)
Artinya, dia juga berumur 13 tahun, masuk masa remaja. Bismillah. Semoga masa remajamu terisi dengan berkah dan kelak menjadi wanita utama. Aamiin.
Daann, itu juga berarti hari ini akan menjadi hari terakhir saya di usia 40 tahun, menurut tahun Masehi.
Doeloe, saya penasaran bagaimana menjadi wanita 40 tahun. Dalam pikiran saya saat itu, pastinya yang sudah dewasa banget, laku serba anggun dst. dsb. Tapi yang sayaalami ternyata nggak gitu-gitu amat. Belajar pakai rok, iya. Tapi pakai 7 cm juga baru rela kalau memang harus datang ke tempat tertentu. Saya membeli alat make up, tapi dalam rangka mengurangi serangan jerawat dan untuk keperluan merias ponakan yang mau karnaval. Selebihnya, cukup krim pelembab dan bedak (lagi-lagi yang anti jerawat). Tas? Tetap lebih enjoy dengan ransel. Masak? Saya mengkoleksi buku-buku resep Cina, Arab, dan yang khas Nusantara. Praktiknya? Saya lebih suka belajar dari youtube. Setidaknya, kering tempe dan blackpepper beef saya diakui oleh suami dan anak-anak. Beres.
Soal kerjaan, saya tetap enjoy mengajar anak SMK. Jadi saya masih terus di SMKN 3 Batu, walau tahun ini mendapat lebih banyak jam mengajar untuk mapel PKK (Produk Kreatif dan Kewirausahaan). Sekilas melihat latar belakang sebagai lulusan Kimia FMIPA ITS, tidak nyambung, memang. Tetapi ini sangat relevan dengan hobi saya, membaca dan menulis.
Fyi, kebutuhan membaca saya relatif stabil. Saya suka baca novel dan buku-buku tentang kreatifitas, karir, dan motivasi. Dalam perkembangannya, tulisan saya punya pasar. Sudah dua tahun lebih saya mendapatkan income ketiga dari artikel. Selain itu, di umur 40 itu saya berhasil menelurkan dua judul, Puncak Savala dan Teenpreneur. Puncak Savala sebenarnya sebuah cerpen yang saya tulis tentang kehidupan blogger, dan menjadi pemenang event "istirahat dari pikiran". Event ini diselenggarakan oleh penerbit Reybook dan 30 cerpen utama dijadikan antologi. Nama saya tertera sebagai perwakilan di cover buku. Nah, hadiah sebagai pemenang adalah paket terbit buku, yang saya gunakan untuk Teenpreneur. Sebagai penulis indie, kami harus bisa menjual sendiri buku kami. Nah, di sini saya tidak hanya harus kreatif dalam menulis, tetapi juga belajar copywriting, marketplace, sampai memanfaatkan sosial media untuk emmperkenalkan buku kepada target pasar. Alhamdulillah, terlaksana dengan baik. Saya juga dibantu teman-teman dan murid yang hobi jualan. Dalam sebulan, stok saya laku lho. Alhamdulillah. Nah, semua proses yang saya lalui itu ternyata sangat berguna saat mengajar PKK.
Ternyata, usia 40 bukan awal, juga bukan akhir. Nyatanya, ada banyak hal baru yang tetap bisa saya pelajari dan aplikasikan. Jadi tidak benar kalau di usia dewasa, otak tambah tumpul.
Sepertinya, itu cuma masalah pola pikir. Kita berani belajar hal baru atau tidak.
Ya memang sih, tahun kemarin waktu ada tes CPNS, saya jelas tertolak. Tetapi rejeki Allah kan luas. Jika pintu itu tertutup, pasti saya masih akan dibukakan pintu-pintu yang lain. Jadi yang harus dilakukan hanyalah terus berusaha, luaskan silaturahmi, belajar ilmu baru, dan pertajam kemampuan yang sudah dimiliki.
Besok, saya akan berumur 41.
Mm, bukan. Besok usia saya 18, dengan bonus 23 tahun pengalaman. He he he.
2 Komentar
Keren bu Agustina Dewi👍👍
BalasHapusTerima kasih, Fahmi. 😉
Hapus