Kunjungan Kejutan Ibu Camat Beserta Staf di Lumbung Pangan |
Ini catatan lanjutan mewakili sekelompok tetangga yang mengelola Lumbung Pangan di lingkungan saya. Niatannya memang agar bisa saling mengisi. Siapa tahu di sana ada orang yang kelebihan apa, di sini kekurangan apa. Bisa klop. Apalagi tidak sedikit tetangga yang mengeluh besarnya beban yang tetap harus ditanggung, sementara jualan sepi dan pekerjaan berkurang bahkan ada yang dirumahkan sebagai dampak matinya industri pariwisata di kota kami. Trenyuh dengarnya.
Memang hampir semua merasakan mendapat bantuan. Yang pernah saya alami, mendapat bantuan dari seorang Bapak, berupa beras 5 kilogram, telur 10 butir, mi instan 10 bungkus, minyak goreng 1 liter, dan gula. Kalau keluarga saya sih, hanya terdiri dari 4 orang yang sehari biasanya cukup dengan beras 250 gram. Bayangkan mereka yang anaknya banyak. Belum lagi, dengan anak-anak diam di rumah, pelampiasan kebosanan adalah makan. Pikirkan juga kebutuhan pulsa dan sebagainya.
Lumbung Pangan Mejo Mlijo ini dibuat untuk menjembatani yang membutuhkan, tanpa perlu merasa malu mengambil. Mereka yang punya kelebihan juga bisa naruh di meja tanpa perlu setor muka, karena banyak juga orang yang tidak bersedia ketahuan kalau mereka naruh sesuatu. Ada ibu-ibu yang biasanya motoran dengan APD lengkap. Ia masuk gang, berhenti di depan Mejo Mlijo, naruh beberapa paket sayuran, terus langsung kabur. Kami nyaris belum pernah mengucapkan terima kasih padanya. Semoga amalmu diterima, Bund.
Banyak juga yang menjapri untuk menitipkan barang. Terus dipesani jangan disebut namanya. Ya Allah, maafkan saya yang belum pernah mengupload wajah bahagia para pengambil sayur dan aneka barang yang disediakan. Saya juga riskan, karena ada sebagian dari mereka yang harus sembunyi-sembunyi mengambil, sebab keluarganya keberatan, padahal butuh. Semoga semua legowo (rela, ikhlas) dengan apa yang sudah berjalan ini, ya.
Lumbung Pangan Dari Warga Untuk Warga |
Bantuan Berupa Identitas Lumbung Pangan Dari Warga Yang Punya Game Center |
Itu sisi positifnya. Ada pula sisi negatifnya. Ternyata, sebagian rakyat kita memiliki pola pikir tidak peduli dan (maaf) tamak. Beberapa kali warga kami menyaksikan ada orang bersepeda motor (bersepeda motor, Esmeralda) yang mengambil sayuran semaunya, kemudian mengambil bumbu dapur seabreg, bahkan pernah terjadi satu renteng utuh diambil semua. Lha yang lain kan tidak kebagian. Akhirnya, ada warga yang dengan sukarela mengawasi jika stok barang memang sedang membutuhkan pengawasan. Hal ini semoga tidak diterjemahkan sebagai pelit, tetapi agar lebih tepat sasaran, karena memang kenyataannya ada orang yang sama sekali tidak peduli dengan orang lain.
Hal serupa juga terjadi di lumbung pangan lain yang tidak jauh dari kampung kami, hanya beda jam buka. Mereka pernah mengalami, belum buka sudah ada orang yang menunggu dengan membawa kantung plastik besar, bahkan karung. Pernah pula terjadi gula 5 kg langsung diangkut satu orang. OMG.
Semoga ini terjadi karena mereka tidak bisa membaca, ya? Mengapa didoakan demikian? Sebab di depan meja di Lumbung Pangan Mejo Mlijo lho kami sudah tuliskan besar-besar:
AMBIL SECUKUPNYA, ISI SEIKHLASNYA.
Atau cukup bagi mereka itu beda? Wallahu 'alam. Semoga mereka dapat hidayah.Oh, iya. Dengan sering diposting di socmed, orang yang menitipkan sesuatu tak lagi hanya dari sekitar rumah. Ada warga Pujon dan wilayah lain yang jauh-jauh mengantarkan barang ke tempat kami.
Selain itu, lumbung pangan ini membuat kampung kami dapat perhatian dari pemerintah setempat, salah satunya berupa kunjungan dari ibu Camat. Dalam sejarah, ini kali pertama. Walau bukan itu tujuannya, tetapi semoga bisa menyemangati para relawan.
Barokallah.
#isiseikhlasnyaambilsecukupnya
#lumbungpangan
#jangantamak
#bersamakit
#lawancorona
0 Komentar