Pembicaraan Tentang Aset tidak harus dilakukan dalam suasana formal |
Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan merupakan
sebuah jalan dalam mengawali pengelolaan sekolah yang berpihak kepada murid. Seorang
Pemimpin Pembelajaran harus dapat mengidentifikasi asset dan mengelolanya
sehingga asset yang ada dapat digunakan secara maksimal untuk memfasilitasi
kebutuhan belajar murid. Kemampuan mengidentifikasi dan mengelola asset tidak
hanya dapat diimplementasikan di kelas dan seklah, namun juga dalam berbagai
aspek kehidupan, termasuk di lingkungan masyarakat sekitar sekolah. Pemimpin pembelajaran
dapat mengelola asset yang dimiliki sekolah dengan cara tertentu dan dapat
dipertanggungjawabkan, yang kebermanfaatannya tidak hanya dapat dinikmati warga
sekolah, namun juga warga di sekitar sekolah.
Pada dasarnya ada 7 modal dasar di lingkup dunia
pendidikan, yaitu modal manusia, social, politik, agama/budaya, fisik, lingkungan/alam,
dan finansial. Ketujuh modal dasar tersebut dapat saja dimiliki sekolah secara
tepat dan lengkap, namun bisa pula masih perlu banyak peningkatan. Namun pemimpin
pembelajaran yang berpikir untuk memajukan komunitasnya dengan berbasis asset,
ia akan menggunakan asset yang ada untuk kemajuan, bukan mengeluhkan apa yang
tidak ada. Sebagai contoh, SMP Taman memiliki guru-guru berusia muda, ruang
kelas dan pendanaan yang terbatas, jumlah siswa yang sedikit dan berasal dari
keluarga kurang mampu, serta alumni yang terjun dalam dunia politik. Kepala sekolah
melihat hal ini sebagai peluang, dengan merancang program sekolah berbasis IT. Kepala
sekolah menyusun proposal mendapatkan bantuan computer dari pemerintah yang
pengajuannya dibantu oleh alumni yang menjadi wakil rakyat. Guru-guru muda
dimaksimalkan kemampuannya agar bisa mengajari siswa secara intensif sehingga
siswa dapat menghasilkan produk berbasis digital dan belajar sehari-hari dengan
metode blended learning.
Contoh pada paragraph
di atas menunjukkan bahwa pemimpin pembelajaran memiliki peran penting dalam
mengidentifikasi asset dan mengelolanya untuk memenuhi kebutuhan belajar murid.
Murid yang berasal dari keluarga kurang mampu seringkali minim akses terhadap
teknologi. Bila kebutuhan ini dipenuhi, diharapkan semangat belajar dan
kemampuan murid meningkat. Belajar dengan computer yang didukung internet
memungkinkan pembelajaran dengan diferensiasi konten, proses, dan produk.
Modul 3.2 menyadarkan saya bahwa sebagai guru masih sering memandang kondisi kelas dan sekolah dari sisi kekurangannya. Setelah belajar mengidentifikasi dan mengelola asset, terlihat bahwa sebenarnya kelas dan sekolah memiliki asset yang jika dikelola dengan baik tetap dapat memaksimalkan pelayanan kepada murid. Perubahan pada diri saya setelah belajar dari modul ini adalah lebih jeli dalam mengidentifikasi asset dan berpikir kreatif untuk mengelolanya dalam pelayanan kepada murid.
0 Komentar